Click & Check it !

Senin, 07 Oktober 2013

Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Siswa

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang sistematis, dimana dalam kegiatannya membutuhkan langkah yang terencana, terorganisasi, dan terkordinasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan penilaian dan pelaporan.

Langkah perencanaan sangat menentukan bagi keberhasilan pelaksanaan pelayanan.Untuk itu dibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan masalah, menganalisa dan kemudian menyusunnya dalam bentuk program bimbingan dan konseling, dalam bentuk program umum, program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan sampai pada harian.



Dengan demikian program Rencana Pelaksanaan Layanan ( RPL) sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan peserta didik. Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik bisa dilakukan dengan aplikasi instrumentasi berupa tes maupun non tes.

Instrumen tes dilakukan oleh ahlinya berupa berbagai macam tes psikologi, sedangkan yang non tes bisa berupa alat ungkap masalah ( AUM ), ITP/ATP, DCM atau angket yang disusun sendiri oleh guru BK/Konselor disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah.

Salah satu jenis angket yang disusun oleh praktisi Guru BK yang tergabung dalam lembaga KES Konseling Jawa Tengah adalah IKMS ( Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Siswa) . IKMS ini sudah dilengkapi dengan aplikasi berbasis komputer yang lebih memudahkan bagi konselor dalam mengolah hasil IKMS menjadi program tahunan sampai program bulanan. bagi yang membutuhkan bisa ambil disini

Sabtu, 28 September 2013

Tentang Rational Emotive Behavior Therapy

Manusia pada dasarnya adalah unik dan memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Sebaliknya, ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional, individu akan menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang terhadap suatu situasi/kejadian sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irasional. Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orangtua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis: ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional Consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian dalam keluarga, kelulusan bagi siswa, dan putus hubungan merupakan contoh antecendent event bagi seseorang. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Asumsi Dasar mengenati Perilaku Bermasalah
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Menurut Gladding (2004), REBT berasumsi bahwa orang secara inheren adalah rasional dan irasional, masuk akal (sensible) dan gila. Dualitas ini sifatnya inheren secara biologis dan akan menjadi menetap kecuali bila dipelajari cara berpikir yang baru. Menurut Ellis (1973) anak-anak lebih rentan terhadap pengaruh luar dan pemikiran irasional dibandingkan dengan orang dewasa. Ia percaya bahwa manusia mudah dipengaruhi, sangat sugestif dan mudah terganggu. Tetapi, manusia mempunyai sarana yang berasal dari dalam dirinya sendiri untuk mengendalikan pikiran, perasaan dan tindakannya, tetapi ia harus menyadari dulu apa yang dia katakan pada dirinya sendiri (self-talk), supaya ia dapat menguasai hidupnya sendiri.
Ellis (1995) mendeskripsikan proposisi utama REBT sebagai berikut:
a. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk rasional (self-constructive) dan irasional (self-defeating). Mereka mempunyai potensi melakukan preservasi-diri, untuk berpikir, untuk kreatif, untuk berminat terhadap orang lain, belajar dari kesalahan, rnengaktualisasi potensinya untuk berkembang. Tetapi, mereka juga mempunyai kecenderungan untuk destruksi-diri, menyukai kesenangan sesaat, menghindar berpikir panjang, untuk melakukan kesalahan yang sama, untuk percaya tahayul, tidak toleran, perfeksionistik dan memikir yang besar-besar dan menghindar rnengaktualisasikan potensinya untuk berkembang.
b. Kecenderungan orang untuk berpikir irasional, kebiasaan yang merugikan diri sendiri, wishful thinking, dan tidak toleran seringkali dipertebal oleh budaya mereka dan kelompok keluarga mereka.
c. Orang mempersepsi, berpikir, merasa dan berperilaku secara simultan. Dengan demikian, pada saat yang bersamaan mereka kognitif, konatif, dan motorik. Sensasi dan tindakan dipandang dengan kerangka pengalaman, dengan memori yang terdahulu. Orang jarang melakukan tindakan tanpa mempersepsi, berpikir dan merasa, karena proses-proses ini memberikan alasan untuk bertindak. Dalam hal perilaku yang terganggu, berlaku proses yang sama, karena itu harus diubah dengan metode-metode yang sifatnya perseptual-kognitif, emotif-evokatif dan behavioristik-reedukatif.
d. Memperoleh wawasan (insight) tidak membawa kepada perubahan kepribadian yang besar. Bukan activating events (A) dalam kehidupan seseorang yang "menyebabkan" konsekuensi emosi yang disfungsional (C), tetapi fakta bahwa orang menginterpretasi peristiwa ini secara tidak realistik dan karena itu mempunyai keyakinan yang self-defeating(B) tentang hal itu. Dengan demikian, penyebab "sesungguhnya" terletak di dalam diri orang itu sendiri dan bukan apa yang terjadi pada diri mereka.
Penyebab sehingga individu tidak mampu berpikir secara rasional, adalah: (1) tidak mampu membedakan dengan jelas tentang saat ini dan yang akan datang, atau antara kenyatan dan imajinasi; (2) tunduk dan menggantungkan diri pada perencanaan dan pemikiran orang lain; (3) mengadopsi kecenderungan cara berpikir irasional dari orangtua atau masyarakat yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.

diambil dari Modul PLPG 2012 UNM

Rancangan Kurikulum 2013 Untuk SMK

yang mau download file lengkapnya disini

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More